Senin, 23 November 2009

tugas lagi

MEMBANGUN KOMPETENSI GURU EFEKTIF

Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini begitu cepat. Sejalan dengan kemajuan teknologi yang cepat dan globalisasi Perkembangan cepat itu perlu diimbangi kemampuan pelaku utama pendidikan dalam hal ini adalah guru. Kemampuan professional dan ketrampilan mereka perlu ditingkatkan. Bagi guru, menghadapi perubahan yang cepat dalam pendidikan dapat membawa dampak kecemasan dan ketakutan. Perubahan dan pembaharuan pada umumnya membawa banyak kecemasan dan ketidak-nyamanan. Implikasi perubahan dalam dunia pendidikan, bukan perkara mudah, karena mengandung konsekwensi teknis dan praksis, serta psikologis bagi guru. Misalnya perubahan kurikulum, atau perubahan kebijakan pendidikan. Perubahan itu tidak sekedar perubahan struktur dan isi kurikulum. Atau sekedar perubahan isi pembelajaran. Tetapi perubahan yang menuntut perubahan sikap dan perilaku dari para guru. Misalnya perubahan karakter, mental, metode, dan strategi dalam pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran di kelas menyangkut metodologi dan strategi. Bagaimana seorang guru menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang efektif dan menyenangkan; ditentukan oleh kemampuan dan ketrampilan guru. Pembelajaran yang menyenangkan dapat mewujudkan pembelajaran yang dinamis, dan demokratis. Penggunaan teknologi pembelajaran berbasis computer menjadi keharusan. Para guru seharusnya cepat untuk beradaptasi. Seorang guru yang gagap teknologi (gaptek), menjadi suatu keniscayaan untuk menggunakan teknologi computer dalam proses pembelajaran di kelas. Dan komputer menjadi barang asing baginya. Kemajuan teknologi (computer) mestinya dapat mempermudah bagi guru dalam melaksanakan tugas kependidikan yang diemban. Pembelajaran di kelas pun menjadi hidup, menarik, dan menyenangkan. Situasi kelas yang menyenangkan, dan pengelolaan kelas yang dinamis, dapat mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran. Sebagaimana dikenal istilah quantum teaching, quatum learing, dan enjoy learning dalam praktek pembelajaran di sekolah, hakekatnya mengembangkan suatu model dan strategi pembelajaran yang efektif dalam suasana menyenangkan dan penuh makna. Guru efektif berarti guru demokratis, Guru demokratis biasanya memilih metode pembelajaran dialogis yaitu Guru dan murid secara bersama-sama sebagai subyek dalam proses belajar. Proses belajar menjadi proses pencarian bersama. Proses itu dalam kelas dilaksanakan dengan suasana menyenangkan dan saling membutuhkan. Untuk mencapai kondisi pembelajaran seperti itu, membutuhkan adanya gerakan pembaharuan pembelajaran. Dari pembelajaran tradisional-statis/monoton ke pembelajaran aktif-kreatif dan menyenangkan. Menurut Paulo Freire pembelajaran statis dan tradisional berupa pembelajaran "gaya bank". Secara sederhana Freire menyusun antagonisme pembelajaran "gaya bank" seperti ini: guru mengajar - murid belajar; guru tahu segalanya - murid tidak tahu apa-apa; guru berpikir - murid dipikirkan; guru bicara - murid mendengarkan; guru mengatur - murid diatur; guru memilih dan memaksakan pilihannya - murid menuruti; guru bertindak - murid membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan tindakan guru; guru memilih apa yang akan diajarkan - murid menyesuaikan diri. Dalam pandangan Paulo Freire, pendidikan "gaya bank", murid menjadi obyek penindasan pendidikan. Pendidikan di mana guru tidak memerdekakan peserta didik

Tujuh Dosa Besar guru

Dalam konteks pendidikan di negara kita, pendidikan "gaya bank" sebagaimana dikemukakan oleh Paulo Freire menjelma dalam bentuk 7 (tujuh) dosa besar yang sering dilakukan oleh para guru. Tujuh dosa guru itu adalah :

a. Mengambil jalan pintas dalam mengajar

b. menunggu peserta didik berperilaku negative baru ditegur

c. menggunakan destructive discipline saat membina siswa

d. mengabaikan keunikan peserta didik saat mengajar (siswa yang kurang

mampu dan siswa yang mampu diperlakukan sama dalam KBM)

e. malas belajar dan meningkatkan ketrampilan karena merasa paling

pandai dan tahu

f. tidak adil (deskriminatif)

g. memaksa hak peserta didik


Guru sebagai factor menentukan mutu pendidikan. Karena guru berhadapan langsung dengan para peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas. Di tangan guru mutu kepribadian mereka dibentuk. Karena itu, perlu sosok guru kompeten, tanggung jawab, terampil, dan berdedikasi tinggi

Kenyataan rendahnya kompetensi dan ketrampilan guru dikemukakan Fasli Djalal mantan Dirjen DIKNAS Peningkatan mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan beberapa waktu lalu hampir separo dari sekitar 2,6 juta guru di Indonesia tidak layak mengajar di sekolah. Sementara input guru di Indonesia sangat lemah. Data Balitbang menunjuk peserta tes calon guru PNS setelah dilakukan tes bidang studi ternyata rata-rata skor tes seleksinya sangat rendah. Dari 6.164 calon guru Biologi ketika dites biologi rata-rata skornya hanya 44.96; dari 396 calon guru Kimia dites Kimia rata-rata skor yang dicapai 43,55. Dari 7.558 calon guru bahasa Inggeris rata-rata hasil tes dicapai hanya 37,57.
Guru adalah kurikulum berjalan. Sebaik apa kurikulum dan system pendidikan yang ada, tanpa didukung kemampuan guru, semuanya akan sia-sia. Guru kompeten dan efektif, tanggungjawab utamanya mengawal perkembangan peserta didik sampai suatu titik maksimal. Tujuan akhir seluruh proses pendampingan guru adalah tumbuhnya pribadi dewasa yang utuh.

Nofiyanto Hermawan

5315077560

Senin, 02 November 2009

Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah, Perlu Tenaga Pendidik Berkualitas

Pendidikan merupakan suatu inventaris bangsa yang bisa dijadikan modal pembangunan. Sukses tidaknya pendidikan akan menentukan kemajuan dan masa depan bangsa. Sudah selayaknya peningkatan mutu di sektor pendidikan perlu diperhatikan oleh berbagai pihak terutama masyarakat pendidikan.

Sekarang ini, memasuki era globalisasi, pendidikan bagi suatu bangsa adalah kebutuhan primer yang harus terpenuhi demi tercapainya tujuan pendidikan tersebut, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang sistem pendidikan nasional nomor 2 tahun 1989 yaitu pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian dan mandiri, serta bertanggung jawab pada kemasyarakatan dan kebangsaaan. Tujuan pendidikan tersebut menjelaskan bahwa pendidikan sangat mencita-citakan terbentuknya manusia Indonesia yang siap mengahdapi segala kemajuan zaman dari segala segi dalam kehidupan ini.

Berbicara peningkatan kualitas mutu pendidikan, tentunya tidak terlepas dengan peran masyarakat pendidikan tersebut diantaranya kepala sekolah, pegawai tata usaha, para pendidiknya atau guru, juga peran siswa didalamnya. Sehubungan dengan hal itu, perlu digaris bawahi bahwa kemampuan guru menyampaikan materi mata pelajaran tertentu perlu menggggunakan metode yang sesuai dengan daya nalar atau imajinasi siswa dalam memahami pelajaran yang disampaikan. Artinya, seorang guru sebelum mempersiapkan materi yang akan disampaikan kepada siswa- siswinya, satu hal yang harus dipahami betul-betul bahwa objek yang dihadapi ketika mengajar di kelas adalah siswa SMA bukan mahasiswa yang terbiasa menggunakan metode pembelajaran cepat.

Sering kali siswa mengalami kejenuhan selama proses pembelajaran berlangsung karena guru yang mengggunakan metode pengajaran sepertia dosen. Alhasil, bukan siswa menjadi lebih aktif di kelas, akan tetapi siswa malah menjadi pasif dikarenakan kejenuhan dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM), seperti penjelasan materi esensial tanpa memeberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal apa saja yang kurang atau tidak dipahami. Begitu juga dengan pemberian tugas atau pekerjaan rumah (PR), seharusnya hal tersebut mendapat perhatian lebih dari gurunya sehinggga dapat meningkatkan semangat dan motivasi siswa untuk belajar lebih aktif lagi.

Hal ini menunjukkan bahwa, kualitas seorang tenaga pendidik tidak hanya diukur dari seberapa pintar dan paham akan materi yang dipegang untuk diajarkan kepada siswa, tetapi juga perlu diperhatikan oleh pemerintah yaitu kemampuan tenaga pendidik dalam mamahami konsep pembelajaran yang efektif dan efisien. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, tentunya perlu kerjasama diantara guru, orang tua siswa dan siswanya. Berat memang, tapi kalau untuk peningkatan mutu pendidiakn sekolah, mengapa tidak kita melakukan peningkatan kualitas tenaga pendidik mulai saat ini.

Tidak ada hal mustahil apabila segalanya dilakukan dengan sungguh-sungguh, begitu juga untuk menciptakan manusia Indonesia yang berkualitas harus dimulai dari kesungguhan dan kekreatifan guru dalam menyampikan materi pelajaran yang diharapkan dapat memunculkan potensi siswa untuk meraih cita-citanya di masa depan.